Saksi Kekejaman PKI, Alpiah Makasebape Perawat Ade Irma Suryani saat Ditembak Tjakrabirawa

 


Penghargaan diberikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Sangihe kepada Alpiah Makasebape, perawat Almarhum Ade Irma Suryani Nasution. Bertempat di halaman rumahnya, Pemkab Sangihe membangun patung monumen Ade Irma Suryani Nasution.

Dalam sambutannya, Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe Jabes Gaghana mengatakan bahwa monumen tersebut dibangun untuk mengingat sejarah peringatan yang memilukan, yaitu peristiwa G30SPKI.

"Dengan membuat monumen ini mengingatkan kita semua bahwa di Sangihe terdapat orang yang ikut melakukan pendampingan keluarga Jenderal AH Nasution dan disini ditunjukkan kenang-kenangan saat di sana dan dapat menjelaskan secara detail dan menjadi saksi sejarah yang masih hidup," ujar Bupati Jabes, Rabu (30/9/2020).

Dengan demikian menurutnya, masyarakat dapat memahami dan mereflekesikan diri bahwa kejadian G30SPKI, dapat menceritakan pada kita semua.

Lebih lanjut Bupati Jabes mengatakan, bahwa atas nama masyarakat Kepulauan Sangihe mengucapkan terima kasih dan ini dapat dicontohkan kepada generasi muda serta untuk dapat meneladani sebagai pengalaman kepada kita semua dalam memperingati peristiwa 30 September.

"Sejarah adalah pembuktian dan kita bangsa yang besar untuk dapat menghargai itu semua dengan harapan kita dapat merefleksikan dan memulai dengan pembangunan dari apa yang telah dilakukan senior senior terdahulu lakukan dalam rangka menjaga kerangka NKRI,"sambungnya.

Alpiah Makasebape dalam sambutannya, menyampaikan terima kasihnya kepada pemerintah kabupaten yang telah memprakarsai pembangunan monumen tersebut.

"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan terima kasih telah mengangkat sejarah Ade Irma Suryani Nasution karena dengan ini dapat diketahui oleh semua orang," kata Oma Tintang, sapaan akrabnya.

Selain mengucapkan terima kasih kepada Bupati yang telah hadir untuk meresmikan patung Ade Irma Suryani Nasution, dia juga mengungkapkan penyesalannya karena setelah sekian lama barulah masyarakat tahu bahwa dirinya merupakan perawat Ade Irma Suryani dari tahun 1960 hingga dia menikah dengan orang Sanger.

"Selama saya bekerja di keluarga Nasution - Gondokusumo, mereka sangat sayang sekali dan mungkin mereka berikan yang terbaik," kata dia.

Oma Tintang sedikit bercerita bahwa sebagai perawat keluarga Nasution-Gondokusumo, mereka memperlakukannya dengan sangat baik dan ketika Ade Irma tertembak dan akan dibawa ke rumah sakit masih dalam kondisi hidup, dia bersama Ibu dan dua orang lainnya membawa ke rumah sakit.

"Saat kejadian 30 September 1965, Pierre keluar dengan kaos abu-abu dan celana tentara menemui orang-orang yang jahat itu dan mereka menanyakan dimana Nasution dan dijawab Pierre bahwa saya Nasution yang lalu mereka membawanya, itu ada dalam sejarah," jelas dia

"Pak Nasution disuruh sembunyi dan tertembak kakinya dan lari ke Teuku Umar," tambahnya.

Usai penandatanganan prasasti monumen patung Ade Irma Suryani Nasution dilanjutkan dengan pembukaan tudung monumen. Selanjutnya Bupati melihat-lihat barang peninggalan yang diberikan oleh keluarga Jenderal Anumerta A.H Nasution kepada Alpiah Makasebape.

Barang-barang tersebut menurut Alpiah Makasebape merupakan barang-barang milik Ade Irma Suryani Nasution yang diberikan sebagai kenang-kenangan dan mengingat bahwa pernah menjadi perawat Ade Irma Suryani sejak tahun 1960.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
close